slot jepang
0 0
Read Time:3 Minute, 0 Second

JAKARTA – Ponoroag di Jawa Timur tak hanya terkenal dengan julukan “Bumi Reog” dan keindahan alamnya, tapi juga dikenal sebagai kota pelajar Islam. Tak heran, ada beberapa kawasan yang cocok untuk wisata religi.

Pengunjung dari dalam dan luar Ponorogo sering mengunjungi tempat-tempat ini dengan sentimen keagamaan yang kuat. Tujuan mereka berkisar dari ibadah, perjalanan, penelitian peristiwa sejarah, atau “menginginkan budaya”, yang juga dikenal sebagai pelestarian budaya.

3 Wisata Religi Favorit di Ponorog

1. Masjid Jami Tegalsari

Foto: Instagram @dian_tanto

Yang pertama adalah Masjid Jami Tegalsari yang berjarak sekitar 10 km atau 21 menit dari pusat kota Ponorogo. Tepatnya terletak di Dukuh Gendol, Desa Tegalsari, Kecamatan Yetis, Kabupaten Ponorogo.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia no. 5 Tahun 1992 Masjid Jami Tegalsari merupakan bangunan cagar budaya. Masjid ini diyakini dibangun oleh Kyai Ageng Hasan Besari sekitar pertengahan abad ke-18.

Sebelum masjid ada, Tegalsari merupakan sebuah pesantren yang didirikan oleh Kyai Ageng Muhammad Besari. Ibunya merupakan cicit dari Sunan Ampel.

Bangunan Masjid Jami Tegalsari memadukan arsitektur budaya Jawa kuno dengan unsur Islam sehingga menarik masyarakat untuk beribadah. Pengunjung juga dapat mengunjungi makam dan mempelajari sejarah serta perkembangan masjid ini.

Setibanya di Masjid Jami Tegalsari, pengunjung akan disambut dengan pemandangan menara dan gerbang utama berkonsep Jawa klasik. Di halaman masjid terdapat batu besar peninggalan yang disebut “batu bancik” dari kerajaan Hindu Majapahit.

Tiang masjid juga terdapat 36 buah, terbuat dari kayu jati, dipasang tanpa paku. Ada 4 Saka Guru, 24 Saka Batas, dan 12 Saka Rawa. Kubah masjid yang terbuat dari tanah liat masih bertahan hingga saat ini.

Masjid Jami Tegalsari mempunyai kegiatan rutin yaitu Tahlil Kubro dan Peringatan Ambengan Haul Kyai Ageng Mohammad Besari, I’tikaf (Qiyaamu Lailati Ramadhan), Sholat Sunnah Rajab, Sholat Idul Fitri, Sholat Maulud, Ziarah Kubur, Semaan Al-Qur’an. , Dzikrul Gholifin, Mujahadah Qiyamul Lail dan Qodiriyah.

2. Masjid Agung Ponorogo

Foto: Instagram @annisareha

Masjid Agung Ponorogo terletak di Jalan Aloon-Aloon Barat, Kotamadya Ponorogo. Tempatnya bisa dicapai dengan berjalan kaki dari kawasan bangunan Kabupaten Ponorogo atau pendapa.

Masjid ini biasanya menjadi tempat persinggahan pengunjung dari luar Ponorogo, dimana mereka bisa sholat atau sekedar istirahat sambil menikmati kemegahan bangunannya.

Masjid Agung Ponorogo pada tahun 1858. didirikan oleh Raden Mas Adipati Aryo Tjokronegoro. Masjid ini memiliki sembilan kubah kecil berwarna hijau yang melambangkan sembilan wali atau Walisongo. Proses pembangunan Masjid Agung Ponorogo dimulai pada masa penjajahan Belanda, yang awalnya hanya berupa musala.

Mushola kemudian dibangun kembali oleh Adipati Tjokronegoro dengan 16 tiang penyangga jati sebagai tiang utama. Dipercaya bahwa pembangunannya dilakukan oleh tukang kayu khusus dari Kerajaan Sol dalam keadaan suci. Masjid ini juga memiliki dua bangunan utama dengan fungsi berbeda.

Masjid Agung Ponorogo mengalami pemugaran sebanyak tiga kali. Pertama kali oleh Bupati Soemadi pada tahun 1975, kedua kali pada tahun 1984. Bupati Soebarkah. Akhirnya pada tahun 1995 pemugaran dilakukan oleh Bupati Markums Singodimedjo.

3. Masjid Pasar Pon Kota Lama atau Masjid Jami Kota Lama

Foto: Pemuda Sekayu / Pawargoo

Lainnya adalah Masjid Pasar Pon Kota Lama yang terletak di Kranggan, Patihan Wetan, Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo. Dahulu kawasan ini merupakan pusat pemerintahan Ponorogo sebelum dipindahkan ke kabupaten Kauman Ponorogo, sehingga kawasan ini sering disebut sebagai kota tua Ponorogo.

Pembangunan Masjid Kota Lama Jami dimulai pada tahun 1560 dan dibangun kembali pada tahun 1965. Pembangunannya dilakukan oleh Adipati Sepuh, keturunan Bator Katong, Adipati pertama Ponorogo.

Baca juga: Turis Indonesia Paling Narsis di Dunia Kalau Soal Traveling

Masjid ini merupakan masjid pertama atau tertua di Ponorogo. Bulan suci Ramadhan biasanya merupakan bulan tersibuk. Kepadatannya meningkat hingga akhir bulan Ramadhan pada malam ganjil.

Sembari mengunjungi kawasan Masjid Kota Lama Jami, pengunjung juga dapat mengunjungi Makam Bator Katong yang terletak di dekat Masjid Kota Lama Jami.

Almaida Narita Yuki

Karyawan di GenSINDO

Universitas Negeri Malang

Happy
Happy
100 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %