Kecanduan Minuman Beralkohol Berbahaya Bagi Penglihatan, Bisa Menyebabkan Kebutaan

0 0
Read Time:1 Minute, 6 Second

sarkarinaukrirojgar.com, JAKARTA – Belakangan ini, informasi mantan istri pesepakbola Kurnia Meiga, Azhiera Adzka menjadi sorotan media. Azhiera mengatakan, mata mantan Gubernur Sepakbola Indonesia itu rusak akibat terlalu banyak minum minuman beralkohol.

Secara umum, konsumsi alkohol dalam jumlah rendah atau sedang tidak akan menyebabkan masalah penglihatan jangka panjang atau bahkan kebutaan. Namun, meminum alkohol dalam jumlah sedang dapat menyebabkan masalah penglihatan jangka pendek yang dapat membaik dengan cepat, seperti penglihatan kabur, perubahan penglihatan warna, pergerakan mata tidak normal, dan kepekaan terhadap cahaya.

Masalah penglihatan jangka pendek bisa terjadi karena alkohol mempengaruhi sistem saraf pusat. Masalah penglihatan jangka pendek ini biasanya mulai terjadi ketika seseorang yang meminum alkohol berada di bawah pengaruh alkohol atau mabuk.

Masalah penglihatan yang lebih serius bisa terjadi jika seseorang terlalu banyak minum alkohol. Menurut Medical News Today, masalah penglihatan yang lebih serius bisa terjadi karena terlalu banyak minum alkohol dapat mengganggu interaksi otak-mata.

Selain itu, terlalu banyak minum alkohol juga dapat merusak atau mempercepat proses penuaan di banyak bagian wajah. Misalnya struktur lensa, retina atau saraf optik.

Minum alkohol terlalu banyak juga dapat menimbulkan efek toksik atau toksik. Efek ini dapat menimbulkan masalah yang dapat mengganggu penglihatan.

Menurut Medical News Today, minum terlalu banyak alkohol dapat menimbulkan banyak efek jangka panjang yang buruk bagi penglihatan. Berikut tujuh dampak konsumsi alkohol berlebihan terhadap penglihatan.

Segalanya cepat….

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
100 %

Dokter: Edukasi Penting Guna Cegah Kebutaan Akibat Glaukoma

0 0
Read Time:1 Minute, 45 Second

sarkarinaukrirojgar.com, JAKARTA — Dokter Rumah Sakit Mata Cicendo, Elsa Gustianty mengatakan, edukasi mengenai penyakit glaukoma penting bagi masyarakat agar kebutaan akibat penyakit glaukoma dapat berkurang. Selain deteksi dini, lanjutnya, edukasi juga penting agar pasien mau memeriksakan diri ke dokter untuk kontrol.

Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit glaukoma sehingga terpacu untuk memeriksakan diri, ujarnya dalam acara ‘Cegah Kebutaan Akibat Glaukoma’ yang disiarkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Jakarta, Jumat (15/3). /2024). ).

Elsa mengatakan di seluruh dunia 80 juta orang menderita kondisi ini. Di Indonesia, kata Elsa, glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak. Penyebab paling umum adalah katarak.

Menurutnya, penyakit tersebut mempunyai dampak psikologis. Ketika seseorang terdiagnosis glaukoma, kata dia, ada pasien yang tidak mau melakukan kontrol karena merasa usahanya sia-sia, karena tidak akan ada perubahan.

“‘Untuk apa berobat?’, untuk apa dioperasi kalau masih belum terlihat? Sebenarnya kami ingin mempertahankannya. Kami tidak ingin memperlakukannya seperti dulu, tapi kami ingin mencegahnya.” agar tidak semakin parah,” kata Elsa.

Ia mengatakan, glaukoma bisa menyerang siapa saja, namun tidak bisa diobati karena kondisi tersebut merupakan akibat dari proses degeneratif, seperti uban.

Elsa mengatakan, ada faktor risiko yang dapat mempercepat dan memperburuk glaukoma seperti usia, penyakit pembuluh darah termasuk hipertensi dan diabetes, penggunaan steroid, dan faktor keluarga.

Dalam kesempatan itu ia menjelaskan bahwa beberapa steroid dapat menimbulkan rasa nyaman, misalnya deksametason, prednisolon, dan prednison. Bila digunakan, kata dia, mata merah menjadi putih dan peradangan langsung hilang sehingga sering disalahgunakan oleh penderita alergi.

Ia menjelaskan, sejumlah orang yang biasa memakai lensa kontak menggunakan obat tersebut hanya untuk menghilangkan rasa gatal pada mata, sehingga tanpa disadari, setelah bertahun-tahun digunakan, tekanan pada bola matanya menjadi tinggi.

Pada penyakit glaukoma, kata dia, tekanan pada mata disebabkan oleh air yang tidak dapat diedarkan mata ke pembuluh darah. Akibat produksi air yang berlebihan, kata dia, kemudian ditambah dengan terhambatnya distribusi, volume cairan pun bertambah hingga akhirnya menekan saraf dan pembuluh darah di belakang mata, hingga akhirnya saraf mati secara perlahan.

Ia mengatakan, saraf memiliki ciri khasnya masing-masing, sehingga jika salah satu saraf mati maka orang disekitarnya juga ikut mati. Oleh karena itu, kata dia, glaukoma bersifat progresif.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %