Thailand Beri Insentif Perusahaan yang Beralih Pakai Kendaraan Listrik

0 0
Read Time:3 Minute, 56 Second

sarkarinaukrirojgar.com Negara tetangga ASEAN, Thailand Jakarta, mengambil langkah baru untuk mempromosikan penggunaan kendaraan listrik di wilayahnya.

Negara ini telah menyetujui insentif bagi perusahaan yang mengganti armada kendaraan komersialnya dari truk ke bus dan kendaraan bertenaga baterai.

Kutipan dari Channel News Asia, Kamis (22-02-2024) Pemerintah Thailand juga menawarkan subsidi tunai kepada produsen sel baterai kendaraan listrik.

Menurut keterangan resmi pemerintah, kebijakan ini akan memperkuat status Thailand sebagai pusat produksi kendaraan listrik.

“Hal ini akan meningkatkan penggunaan truk dan bus listrik secara signifikan, mengurangi polusi dari sektor transportasi dan manufaktur, dan mendukung tindakan perusahaan untuk mencapai target net zero,” kata pemerintah Thailand dalam sebuah pernyataan. dikatakan.

Ia mengungkapkan, dukungan terhadap perusahaan diberikan dalam bentuk insentif perpajakan khusus bagi perusahaan yang memenuhi syarat.

Peraturan tersebut berlaku hingga Desember 2025. mengurangi biaya

Selain itu, perusahaan yang membeli kendaraan dalam negeri dapat menurunkan biaya hingga dua kali lipat harga kendaraan sebenarnya, tanpa menetapkan batas atas harga.

Saat membeli kendaraan impor, diskonnya 1,5 kali lipat dari harga kendaraan sebenarnya.

Tahun lalu, Thailand menyetujui penarikan paket dukungan untuk industri kendaraan listriknya yang sedang berkembang; sebagai pusat otomotif regional terkemuka bertujuan untuk mempertahankan momentum penjualan kendaraan listrik yang kuat sekaligus menyeimbangkan dukungan finansial.

Thailand juga bertujuan untuk mengubah 30 persen dari 2,5 juta kendaraannya setiap tahun menjadi kendaraan listrik pada tahun 2030.

Pemotongan pajak dan subsidi di Thailand telah menarik perhatian beberapa produsen mobil di Tiongkok, termasuk BYD dan Great Wall Motor, yang telah berjanji untuk menginvestasikan US$1,44 miliar pada fasilitas produksi baru di negara dengan perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara.

Negara dengan perekonomian manufaktur mobil terbesar ke-10 di dunia ini didominasi oleh perusahaan Jepang seperti Toyota Motor Corp dan Honda Motor, yang telah menggunakan Thailand sebagai basis ekspor utama selama beberapa dekade.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, penciptaan ekosistem kendaraan listrik atau electronic vehicle (EV) sangat penting untuk mempercepat pengembangan sektor kendaraan listrik.

Menurut Erick, intervensi pemerintah terhadap industri otomotif merupakan hal yang wajar jika industri ingin mempercepat pertumbuhan. Ia mencontohkan, pada tahun 1980-an, pemerintah juga melaksanakan program dukungan industrialisasi sepeda motor dan mobil.

Apalagi kita punya bahan bakar mentah untuk sepeda motor dan mobil listrik itu. Artinya, kita tidak bermaksud mensubsidi impor sepeda motor dan mobil, tapi ekosistem yang mendasarinya juga akan terkena dampak positifnya, kata Erick, dikutip Minggu. . (18.02.2024).

Kemungkinan subsidi impor mobil dan sepeda motor listrik dinilai akan mempercepat pertumbuhan industri sepeda motor listrik dan aki mobil di Indonesia.

Hal ini dimungkinkan karena Indonesia menguasai nikel, bahan baku penting baterai sepeda motor dan mobil listrik.

“Sekarang bukan hanya BUMN tapi juga pemerintah. Bagaimana pemerintah menerapkan kebijakan penggunaan sepeda motor dan mobil yang mendapat subsidi impor? Banyak yang bertanya kenapa kendaraan listrik disubsidi,” ujarnya.

Industri kendaraan listrik

Erick menegaskan, membangun industri kendaraan listrik memerlukan dukungan banyak pihak, karena membangun industri ini tidak seperti membalikkan telapak tangan.

“Intervensi tidak bisa dilakukan begitu saja. Hari ini dibicarakan, besok terjadi. Perlu proses. Dan tentunya perlu percepatan,” kata Erick.

Lebih lanjut, Erick mengatakan, pihaknya mendorong berbagai BUMN untuk mengambil tindakan secepatnya. Dia pertama kali meminta pembentukan ekosistem baterai kendaraan listrik tiga tahun lalu.

Selain itu, Erick juga mendorong Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN untuk memberikan diskon malam. Sebab, 80 persen pengisian baterai listrik dilakukan di rumah.

“Langkah selanjutnya adalah lebih mendorong daur ulang baterai kendaraan listrik. Hal ini tidak kalah penting karena suatu saat nanti nikel akan habis. Jadi kalau kita dorong daur ulang ini dan memenuhi 90 persen kebutuhan nikel, kita akan lakukan lagi. Erick “Kami menyemangatimu” kata.

Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), jumlah kendaraan berbahan bakar minyak di masa depan akan semakin berkurang. Faktanya, pada tahun 2040 hanya 40 persen dari seluruh kendaraan yang akan tersisa.

Agus Tjahajana, Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral yang bertanggung jawab atas percepatan pembangunan industri di sektor energi dan sumber daya mineral, meyakini hal ini mungkin disebabkan oleh bauran energi yang ramah lingkungan. Salah satunya adalah peralihan dari kendaraan bermesin pembakaran internal (ICE) bertenaga bahan bakar ke kendaraan listrik bertenaga baterai.

“Prakiraan ini menunjukkan bahwa transisi energi ini seiring berjalannya waktu akan memerlukan penentuan jenis kendaraan baru. Oleh karena itu, mesin pembakaran internal akan menurun,” ujarnya dalam pidatonya di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Minggu (28/01/2024). . dikatakan.

“(Prediksi) tahun 2040 hanya 50 persen, ada yang bilang 40 persen, sisanya kendaraan ramah lingkungan,” lanjutnya.

Banyak varietas

Agus mengatakan kendaraan ramah lingkungan cukup beragam. Mulai dari kendaraan battery electric (EV) atau kendaraan hybrid.

“Jenis kendaraan di kawasan hijau itu bermacam-macam, ada yang listrik, ada juga yang hybrid,” ujarnya.

Agus kemudian mencermati kembali aki bekas kendaraan listrik. Ada yang berbahan dasar nikel, nikel-mangan-kobalt (NMC) dan litium-ferro-fosfat (LFP). Keduanya memiliki kelebihan masing-masing.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
25 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
25 %
Surprise
Surprise
50 %